×

Pemerintah Ajak Keluarga Jadi Garda Terdepan Perangi Judi Daring

*) Oleh: Raka Prasetya

Fenomena adiksi digital menjadi salah satu tantangan sosial terbesar yang dihadapi masyarakat modern. Ketergantungan terhadap media sosial, judi daring, game online, hingga pornografi telah menggerus kualitas hidup banyak individu, memengaruhi kesehatan mental, hingga menurunkan produktivitas masyarakat. Melalui Jakarta Initiative Workshop 2025, Yayasan Lingkaran Indonesia Peduli (YLIP) bekerja sama dengan Universitas Paramadina berupaya menghadirkan ruang dialog dan solusi konkret untuk mengatasi masalah ini. Forum tersebut tidak hanya membedah faktor penyebab, tetapi juga menekankan pentingnya sinergi lintas sektor, terutama peran keluarga sebagai benteng pertama pencegahan adiksi digital di tengah derasnya arus teknologi informasi.

Adiksi digital kini telah menjelma menjadi krisis sosial baru. International Certified Prevention Specialist sekaligus Koordinator Pengembangan Program YLIP, Steve Christoph, menjelaskan bahwa banyak masyarakat Indonesia saat ini terjerat dalam perilaku adiktif berbasis digital seperti judi daring, pornografi, dan game daring. Kondisi tersebut, menurutnya, tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga menimbulkan efek domino bagi keluarga dan lingkungan sosial. Menurutnya, banyak orang yang terjerat adiksi digital dan kualitas hidupnya makin memburuk. Karena itu, pihaknya akan terus meningkatkan kapasitas tenaga rehabilitasi agar mampu memberikan pendampingan yang lebih komprehensif kepada para pencandu, khususnya judi daring.

Steve menekankan bahwa penanganan adiksi tidak cukup hanya dengan pemblokiranakses atau pendekatan hukum semata. Diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan aspek psikologis, edukatif, dan sosial agar para penyintas adiksi benar-benar dapat pulih. YLIP bersama mitra akademik berkomitmen untuk mengembangkan metode intervensi berbasis bukti, sekaligus memperkuat peran lembaga rehabilitasi di daerah. Langkah ini sejalan dengan semangat pemerintah dalam menciptakan ruang digital yang aman dan sehat, sebagaimana tercermin dalam kebijakan nasional pemberantasan judi daring. Sinergi antara lembaga masyarakat, universitas, dan pemerintah menjadi elemen penting dalam mengatasi akar persoalan adiksi yang kian kompleks di era digital.

Sementara itu, Dr. Fatchiah E. Kertamuda, MSc, selaku Wakil Rektor Universitas Paramadina dan Dewan Pakar YLIP, menyoroti pentingnya komunikasi keluarga dalam mencegah dan menangani adiksi digital. Menurutnya, keluarga merupakan agen utama pembentuk karakter dan lingkungan pertama tempat anak-anak belajar mengelola perilaku serta emosi. Menurutnya, keluarga adalah tempat aman bagi anak. Komunikasi yang sehat, dengan respek, kepercayaan, dan berpikir positifadalah kunci mencegah mereka terjerat aktivitas berisiko seperti judi daring atau perilaku adiktif lainnya. Ia pun menambahkan bahwa banyak kasus kecanduan judi daring dan kriminalitas bermula dari kegagalan komunikasi dalam keluarga, baik karena minimnya kehadiran emosional orang tua maupun hilangnya kehangatan dalam interaksi rumah tangga.

Dalam forum tersebut, Fatchiah juga menjelaskan bahwa harmonisasi keluarga menjadi fondasi kuat untuk membangun ketahanan mental generasi muda. Pola komunikasi yang terbuka, saling menghargai, dan berorientasi pada dukungan emosional akan membantu anak merasa diterima dan mengurangi ketergantungan mereka terhadap pelarian digital. Selain itu, ia mengulas pendekatan ilmiah dalam proses pemulihan adiksi perilaku. Salah satunya adalah metode Motivational Interviewing (MI) yang digunakan untuk menggali motivasi intrinsik individu agar mereka mampu keluar dari lingkaran adiksi. Pada tahap lanjutan, keluarga harus dilibatkan melalui program psycho-education agar mereka memahami dinamika perilaku adiktif dan tidak memperkuat kebiasaan buruk secara tidak sadar.

Adiksi digital, termasuk judi daring, bukan sekadar masalah perilaku individu, tetapi juga menyangkut ketahanan sosial dan moral bangsa. Judi daring, misalnya, telah memicu banyak permasalahan ekonomi keluarga, konflik rumah tangga, hingga kriminalitas. Pemerintah sendiri terus memperkuat regulasi dan sistem pengawasan untuk menutup akses situs dan rekening terkait judi daring, namun upaya tersebut harus dibarengi dengan peningkatan kesadaran masyarakat. Sejalan dengan semangat Jakarta Initiative Workshop 2025, upaya pemberantasan adiksi digital perlu dikawal dengan strategi edukatif dan preventif yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, mulai dari lembaga pendidikan hingga komunitas lokal.

Lebih jauh, workshop tersebut menegaskan pentingnya pendidikan digital bagi orang tua dan anak. Edukasi tentang penggunaan teknologi yang sehat, manajemen waktu di dunia maya, serta kesadaran terhadap bahaya konten adiktif menjadi kebutuhan mendesak. Dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap risiko adiksi digital, diharapkan akan tercipta keseimbangan antara kemajuan teknologi dan kesehatan mental sosial. Keberhasilan upaya ini sangat ditentukan oleh peran keluarga yang tidak hanya berfungsi sebagai pengawas, tetapi juga sebagai tempat bernaung dan pemulihan ketika anggota keluarga menghadapi tekanan atau kecanduan digital.

Pada akhirnya, Jakarta Initiative Workshop 2025 menjadi momentum penting untuk membangkitkan kesadaran kolektif bahwa adiksi digital adalah ancaman nyata yang perlu dihadapi bersama. Peran pemerintah, akademisi, lembaga sosial, dan terutama keluarga harus berjalan beriringan dalam membangun ketahanan bangsa di era digital. Masyarakat diimbau untuk tidak memandang ringan bahaya judi daring yang kini kian merasuk di berbagai lapisan sosial. Waspadai tanda-tanda adiksi di lingkungan terdekat, perkuat komunikasi dalam keluarga, dan dukung kebijakan pemerintah dalam menciptakan ruang digital yang aman dan bermartabat. Hanya dengan kesadaran bersama, Indonesia dapat melindungi generasi mudanya dari jebakan adiksi digital yang mengancam masa depan bangsa.

*) Penulis merupakan Kontributor Media Lokal.

Post Comment