
Bendera Bajak Laut Tidak Cocok Mewarnai Bulan Kemerdekaan
Oleh: Puteri Wulandari*
Bulan Agustus adalah bulan yang istimewa bagi seluruh rakyat Indonesia. Inilah saat di mana semangat kemerdekaan menggelora, bendera Merah Putih berkibar di setiap sudut negeri, dan ingatan akan perjuangan para pahlawan kembali dihidupkan. Setiap helai kain merah dan putih bukan sekadar simbol, tetapi penjelmaan harga diri, persatuan, dan kedaulatan bangsa. Karena itu, di momen sakral ini, tidak ada simbol lain yang pantas menggeser atau berdiri sejajar dengan Sang Saka. Bendera bajak laut, meskipun populer di dunia hiburan, jelas tidak cocok mewarnai bulan kemerdekaan.
Fenomena pengibaran bendera One Piece yang ramai di ruang publik dan media sosial belakangan ini memicu perdebatan. Sebagian menganggapnya bentuk kreativitas, sebagian lain melihatnya sebagai isyarat lunturnya rasa nasionalisme. Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, menegaskan bahwa Presiden Prabowo Subianto tidak mempermasalahkan pengibaran bendera tersebut selama tidak dibenturkan dengan Merah Putih. Kreativitas boleh saja, namun bulan kemerdekaan menuntut penghormatan penuh kepada simbol negara.
Kesakralan Merah Putih lahir dari pengorbanan. Ia berkibar di tengah hujan peluru, menyatukan perjuangan rakyat dari berbagai suku dan daerah, dan menjadi saksi lahirnya Indonesia merdeka. Menggantinya, apalagi di momen peringatan kemerdekaan, berarti mengaburkan sejarah perjuangan itu sendiri. Bulan Agustus seharusnya menjadi ajang untuk menguatkan persatuan, bukan memamerkan simbol yang tak memiliki kaitan dengan perjalanan bangsa.
Sekretaris Fraksi PKS MPR RI, Johan Rosihan, mengingatkan bahwa budaya global boleh dinikmati, tetapi tidak untuk menggantikan simbol nasional. Tantangan kita saat ini adalah membuat generasi muda bangga pada Merah Putih dengan cara yang relevan dengan dunia mereka. Simbol negara ini harus hadir bukan hanya di tiang-tiang upacara, tetapi juga di ruang kreatif seperti konten digital, musik, seni, dan media sosial yang mereka nikmati setiap hari.
Propaganda positif menjaga Merah Putih tidak dimaksudkan membatasi kreativitas, tetapi membangun identitas yang kokoh di tengah derasnya arus globalisasi. Pemerintah, tokoh masyarakat, dan pelaku seni bisa memadukan semangat nasionalisme dengan tren modern. Merah Putih dapat diangkat dalam desain busana, mural, hingga karya digital yang memikat, sehingga kebanggaan nasional tumbuh alami dan tak terasa dipaksakan.
Di berbagai daerah, semangat ini sudah mulai ditunjukkan. Di Kalimantan Selatan, Kapolda Irjen Pol Rosyanto Yudha Hermawan bersama Gubernur dan Forkopimda membagikan 15.000 bendera Merah Putih kepada masyarakat. Kepala Badan Kesbangpol Makassar, Fatur Rahim, juga mengajak warga menjadikan Agustus sebagai bulan cinta tanah air dengan mengibarkan bendera di rumah dan lingkungan masing-masing. Gerakan ini adalah contoh nyata bagaimana pesan kebangsaan dapat disampaikan secara positif dan menggerakkan.
Bulan kemerdekaan adalah panggung besar bagi rakyat Indonesia untuk menunjukkan persatuan. Kita boleh berbeda selera musik, film, atau hobi, tetapi di atas semua perbedaan itu, kita hanya memiliki satu bendera yang menyatukan: Merah Putih. Bendera bajak laut mungkin cocok untuk acara komunitas atau cosplay, tetapi tidak pantas menjadi warna dominan dalam perayaan kemerdekaan.
Merah Putih adalah identitas dan harga diri bangsa. Mengibarkannya di bulan Agustus bukan sekadar kewajiban, melainkan pernyataan kepada dunia bahwa Indonesia adalah bangsa yang kuat dan bersatu. Di tengah tantangan global yang membuat batas negara semakin kabur, mempertahankan simbol nasional adalah bagian dari mempertahankan jati diri.
Peringatan HUT ke-80 RI ini adalah momentum untuk menghidupkan kembali semangat nasionalisme yang mengakar. Mari jadikan bulan ini sebagai ajang mengangkat Merah Putih ke puncak tiang tertinggi di rumah, sekolah, kantor, dan setiap sudut negeri. Jangan biarkan simbol asing—betapapun populernya—mengaburkan makna perjuangan yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata.
Bulan kemerdekaan adalah saat yang tepat untuk menegaskan bahwa di atas segala perbedaan, Merah Putih adalah pemersatu. Bendera bajak laut, atau simbol populer lain, mungkin bisa menjadi bagian dari hiburan dan kreativitas, tetapi tidak pantas menjadi warna dominan di momen sakral ini. Indonesia telah berjuang terlalu keras untuk merdeka, dan kesakralan itu hanya bisa dijaga jika seluruh rakyatnya menempatkan Merah Putih di tempat yang paling terhormat di hati dan di puncak tiang tertinggi negeri ini.
Mengibarkan Merah Putih adalah bentuk penghormatan tertinggi kepada para pahlawan. Ia adalah simbol yang tak tergantikan, yang harus tetap hidup di hati setiap warga negara. Di bulan kemerdekaan, mari kita satukan tekad untuk menjaga kesakralan ini. Bendera bajak laut boleh menjadi bagian dari hiburan, tetapi Merah Putih adalah bagian dari jiwa bangsa. Dan jiwa bangsa tidak pernah layak digantikan.
*Penulis merupakan pemerhati sosial
Post Comment