
Energi Mandiri, Pangan Stabil, Kesehatan Merata: Refleksi Capaian Setahun Prabowo-Gibran
Oleh : Raditya Rahman )*
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menorehkan catatan penting di tahun pertamanya dengan tiga capaian besar yang langsung dirasakan masyarakat: pemerataan layanan kesehatan melalui program Cek Kesehatan Gratis (CKG), terwujudnya swasembada pangan di sejumlah wilayah, dan peningkatan produksi energi nasional yang memperkuat kemandirian bangsa. Ketiganya menjadi pilar penting dalam mewujudkan visi Indonesia sejahtera, mandiri, dan berdaulat.
Program Cek Kesehatan Gratis yang dicanangkan Presiden Prabowo menunjukkan keberpihakan negara terhadap rakyat kecil dengan memastikan akses layanan medis dasar bagi seluruh lapisan masyarakat, dari bayi hingga lanjut usia. Program ini menjadi pilar perubahan paradigma kesehatan nasional, dari pola pengobatan menuju pencegahan. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa hingga pertengahan tahun ini, sebanyak 40 juta warga telah mendaftar, dan 38 juta di antaranya sudah menjalani pemeriksaan. Hasil awal menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat mengalami gangguan kesehatan ringan seperti sakit gigi, tekanan darah tinggi, dan kadar gula berlebih, masalah yang selama ini kerap diabaikan.
Langkah pemerintah tidak berhenti di situ. Presiden Prabowo juga menargetkan pembangunan 500 rumah sakit berkualitas tinggi di seluruh Indonesia dalam empat tahun ke depan, dan kini telah ada 66 kenaikan kelas RSUD berkualitas yang akan terus bertambah. Pembangunan ini bukan hanya soal infrastruktur medis, tetapi juga upaya pemerataan fasilitas dan tenaga kesehatan hingga ke pelosok. Dengan sistem berbasis data kesehatan nasional yang terus diperkuat, masyarakat kini lebih mudah terpantau kesehatannya tanpa harus menunggu sakit parah untuk mendapat penanganan medis. Kebijakan ini menandai keseriusan negara untuk menjaga kesehatan rakyat sebagai fondasi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Di bidang pangan, capaian swasembada mulai terasa nyata di berbagai daerah. Menteri Pertanian sekaligus Kepala Badan Pangan Nasional, Andi Amran Sulaiman, menegaskan bahwa Indonesia kini tidak hanya menekan angka impor, tetapi sudah berhasil membangun kemandirian pangan di tingkat pulau. Salah satu contohnya adalah Kalimantan, yang dulunya bergantung pada pasokan beras dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, kini telah mencapai swasembada beras. Kemandirian ini bukan sekadar simbol keberhasilan produksi, tetapi juga berdampak langsung terhadap stabilitas harga dan inflasi pangan yang kini termasuk lima besar terbaik di dunia.
Program swasembada ini juga mengurangi biaya logistik antarwilayah dan memastikan hasil pertanian dinikmati secara adil oleh petani. Pemerintah menempuh langkah terintegrasi, mulai dari penyediaan benih unggul, pupuk subsidi, hingga infrastruktur irigasi yang lebih modern. Amran menjelaskan bahwa pemerintah kini fokus memperkuat tiga komoditas strategis, yakni beras, jagung, dan gula putih. Pendekatan ini sejalan dengan semangat hilirisasi yang menambah nilai ekonomi di sektor pertanian. Bahkan, dengan stok beras nasional yang mencapai lebih dari 4,2 juta ton—tertinggi sepanjang sejarah—Indonesia kini menandai berakhirnya impor beras medium dan menatap era baru kemandirian pangan nasional.
Sementara itu, di sektor energi, kebijakan pemerintah juga menuai apresiasi luas. Pengamat energi dari Gerilya Institute, Subhkan Agung Sulistio, menilai peningkatan produksi minyak (lifting) dari 430 ribu menjadi hampir 600 ribu barel per hari mencerminkan keberhasilan tata kelola baru yang lebih efisien dan transparan. Peningkatan ini tidak hanya menopang ketahanan energi nasional, tetapi juga memperkuat daya saing ekonomi melalui stabilitas pasokan energi dalam negeri.
Pemerintah juga meluncurkan kebijakan legalisasi sumur minyak rakyat yang memungkinkan masyarakat mengelola sumur-sumur tua yang sebelumnya tidak ekonomis bagi perusahaan besar. Kebijakan ini dinilai tepat karena memberi manfaat langsung bagi warga di sekitar wilayah produksi energi. Selain membuka lapangan kerja, langkah tersebut juga mendorong kemandirian energi di tingkat lokal dan memperkuat prinsip keadilan dalam pengelolaan sumber daya alam nasional.
Keberhasilan di sektor energi ini merupakan bagian dari visi besar Asta Cita yang menekankan transformasi ekonomi berbasis kemandirian dan keberlanjutan. Dengan penggunaan teknologi eksplorasi baru, pemerintah juga berupaya menemukan cadangan energi baru untuk menjaga kesinambungan produksi jangka panjang. Pendekatan ini menunjukkan bahwa pemerintahan Prabowo-Gibran tidak hanya berfokus pada hasil jangka pendek, tetapi juga membangun fondasi strategis untuk ketahanan energi nasional di masa depan.
Tiga sektor vital yakni kesehatan, pangan, dan energi—menjadi bukti nyata bahwa pemerintahan Prabowo-Gibran bergerak dengan arah yang jelas dan berpihak pada rakyat. Dalam satu tahun, berbagai capaian ini menunjukkan sinergi antara visi kepemimpinan dan kerja nyata birokrasi yang semakin solid. Capaian Cek Kesehatan Gratismemberi dampak langsung pada peningkatan kualitas hidup masyarakat; program swasembada pangan memastikan stabilitas ekonomi nasional; dan penguatan sektor energi menegaskan komitmen pemerintah terhadap kedaulatan sumber daya.
Kini, masyarakat dapat melihat bahwa program-program pemerintah bukan sekadar janji politik, melainkan hasil nyata yang dirasakan hingga ke tingkat desa. Kebijakan yang berpihak kepada rakyat ini menjadi pondasi menuju Indonesia Emas 2045.
Sudah saatnya seluruh elemen bangsa memberikan apresiasi terhadap kerja keras pemerintah dalam memperkuat pondasi negara. Mari kita dukung upaya Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran untuk terus membangun Indonesia yang sehat, mandiri pangan, dan berdaulat energi karena keberhasilan ini bukan hanya milik pemerintah, melainkan kemenangan bersama seluruh rakyat Indonesia.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Khatulistiwa Institute
Post Comment