
Hilirisasi Pertanian Digenjot Pemerintah untuk Bangun Kemandirian Pangan
Oleh: Dhita Karuniawati )*
Pemerintah Indonesia tengah mengakselerasi hilirisasi sektor pertanian sebagai bagian dari strategi nasional untuk mewujudkan kemandirian pangan. Langkah ini menjadi semakin relevan di tengah berbagai tantangan global, seperti perubahan iklim, krisis geopolitik, serta fluktuasi harga bahan pangan internasional, yang semuanya berdampak pada ketahanan pangan dalam negeri. Hilirisasi pertanian dipandang sebagai solusi strategis untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertanian, memperkuat ketahanan ekonomi petani, sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor bahan pangan.
Selama ini, sektor pertanian nasional cenderung fokus pada produksi bahan mentah. Akibatnya, petani kerap mengalami kerugian karena harga jual komoditas yang rendah saat panen raya. Di sisi lain, produk olahan dengan nilai tambah tinggi masih banyak diimpor. Kondisi ini menunjukkan adanya celah besar antara potensi pertanian Indonesia dan kenyataan di lapangan.
Melalui hilirisasi, pemerintah mendorong pengolahan hasil pertanian menjadi produk jadi atau setengah jadi di dalam negeri. Dengan demikian, petani tidak hanya menjadi produsen bahan mentah, tetapi juga pelaku usaha agroindustri yang memiliki kendali lebih besar atas rantai nilai.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman tengah mengupayakan pengembangan hilirisasi produksi kelapa Tanah Air agar memiliki nilai ekonomi tinggi melalui kegiatan ekspor. Saat ini pemerintah tengah memprioritaskan pengembangan komoditas kelapa melalui hilirisasi untuk menghasilkan produk bernilai jual tinggi.
Dengan hilirisasi cukup potensial diminati oleh negara tetangga, khususnya Singapura dan Malaysia. Tentu dengan mempertimbangkan potensi peningkatan nilai ekonomi hingga 100 kali lipat sehingga berdampak bagi masyarakat, terutama di wilayah Jambi.
Sementara itu, Gurbernur Jambi, Al Haris mengatakan bahwa hilirisasi kelapa menjadi harapan baru sebagai pendongkrak pendapatan masyarakat sekitar.
Terkait potensi kelapa di Provinsi Jambi sangat besar, terutama di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) dan Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar). Dua wilayah itu merupakan sentra penghasil kelapa terbesar di Provinsi Jambi. Menurut Al Haris, negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia merupakan pangsa pasar strategis produk turunan kelapa. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi pada 2020, luasan perkebunan kelapa di Jambi mencapai 119 ribu hektare, dengan estimasi produksi komoditas tersebut mencapai 110 ribu ton per tahun.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman juga memacu hilirisasi dan transformasi pertanian di Provinsi Riau sebagai langkah strategis mempercepat kemandirian pangan daerah berbasis potensi lokal dan pemberdayaan petani secara berkelanjutan. Ditegaskan pentingnya memperkuat produksi pangan sekaligus mengembangkan hilirisasi komoditas strategis seperti padi dan kelapa untuk memperkuat ketahanan pangan nasional di tengah tantangan krisis iklim dan ketidakpastian global. Menurutnya, Riau baru memanfaatkan sekitar 20 persen potensi lahannya, sehingga produksi beras lokal hanya mampu memenuhi 22 persen dari kebutuhan masyarakat yang mencapai 662 ribu ton per tahun.
Melihat peluang tersebut, Kementerian Pertanian siap membantu agar Riau mampu meningkatkan produksinya hingga 50 ribu hektare dalam dua hingga tiga tahun mendatang dengan estimasi dukungan senilai Rp1,7 triliun. Selain sektor pangan, Mentan juga menyoroti pentingnya hilirisasi kelapa sebagai kekuatan ekonomi baru Riau. Dengan potensi kelapa rakyat yang besar dan peluang pasar global yang menjanjikan, kelapa dinilai bisa menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan. Mentan mengatakan transformasi pertanian di Riau harus difokuskan pada tiga hal yakni cetak sawah, pengembangan kelapa, dan pembangunan irigasi. Pihaknya meyakini kemandirian pangan akan menekan inflasi, meningkatkan daya beli masyarakat, dan mendorong kesejahteraan petani.
Menanggapi hal itu, Gubernur Riau, Abdul Wahid mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mendukung penuh agenda strategis nasional di sektor pangan. Luas baku sawah di Riau saat ini mencapai 59 ribu hektare, namun baru memenuhi 22 persen kebutuhan daerah. Dijelaskannya bahwa potensi kelapa rakyat di Riau yang tersebar di berbagai kabupaten dengan total lebih dari 400 ribu hektare, namun masih minim fasilitas pengolahan. Oleh karena itu, pihaknya berharap dukungan penuh pemerintah pusat untuk mendorong hilirisasi sehingga nilai jual petani bisa meningkat.
Hilirisasi pertanian bukan hanya tentang peningkatan ekonomi petani, tetapi juga merupakan fondasi penting dalam membangun kedaulatan pangan nasional. Dengan mengolah hasil pertanian di dalam negeri, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada bahan pangan impor, menjaga stabilitas harga, serta memperkuat cadangan pangan strategis.
Di tengah dinamika geopolitik global dan krisis iklim, kemandirian pangan menjadi isu krusial yang tidak bisa ditawar. Negara yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya akan sangat rentan terhadap tekanan eksternal. Oleh karena itu, hilirisasi pertanian adalah bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat ketahanan nasional secara keseluruhan.
Hilirisasi pertanian merupakan langkah visioner yang tidak hanya bertujuan meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga menjadi pilar utama dalam membangun kemandirian pangan bangsa. Pemerintah bertekad untuk terus mendorong transformasi sektor pertanian dari hanya sekadar penghasil bahan mentah menjadi kekuatan industri nasional yang berdaya saing global. Dengan hilirisasi, Indonesia tidak hanya bercita-cita menjadi lumbung pangan dunia, tetapi juga produsen produk pertanian bernilai tinggi yang mampu menciptakan kesejahteraan merata bagi rakyatnya.
)* Penulis adalah Kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia
Post Comment