Momentum Sumpah Pemuda Dorong Stimulus Ekonomi untuk Gerakan Perekonomian Nasional
Oleh : Fahri Sinaga )*
Setiap tahun, peringatan Sumpah Pemuda menjadi momen penting untuk merefleksikan semangat kebangsaan dan gotong royong yang telah diwariskan sejak 1928. Namun pada tahun ini, semangat tersebut menemukan bentuk baru dalam konteks pembangunan ekonomi nasional. Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menjadikan momentum Sumpah Pemuda sebagai simbol kebangkitan ekonomi, khususnya melalui berbagai stimulus fiskal dan kebijakan strategis yang diarahkan untuk memperkuat daya beli rakyat serta menjaga pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan generasi muda, Sumpah Pemuda tak hanya menjadi simbol sejarah, melainkan motor penggerak bagi gerakan ekonomi bangsa.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menegaskan bahwa strategi kebijakan fiskal pemerintah saat ini difokuskan untuk mendukung capaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir tahun 2025. Menurutnya, kebijakan fiskal yang berpihak kepada rakyat menjadi fondasi utama dari refleksi satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran. Pemerintah menempuh langkah efisiensi anggaran, percepatan belanja negara, dan stimulus likuiditas sebagai upaya menjaga keseimbangan ekonomi. Salah satu kebijakan kunci adalah penempatan Rp200 triliun kas pemerintah di perbankan, yang semula berada di Bank Indonesia. Langkah ini bukan sekadar pengelolaan kas negara, tetapi bagian dari strategi manajemen likuiditas agar perbankan memiliki ruang lebih luas dalam menyalurkan kredit dan investasi produktif.
Kebijakan tersebut diharapkan mampu menurunkan suku bunga dan memicu gairah investasi nasional. Dengan tingkat bunga yang lebih kompetitif, sektor-sektor produktif seperti manufaktur, konstruksi, dan industri kreatif dapat memperoleh akses pembiayaan lebih mudah dan murah. Efek domino dari kebijakan ini akan terasa pada meningkatnya kegiatan ekonomi masyarakat, terutama di tingkat menengah dan bawah. Pemerintah meyakini bahwa dorongan terhadap kegiatan ekonomi domestik akan memperkuat ketahanan ekonomi nasional di tengah tantangan global yang masih dinamis.
Bank Indonesia turut memandang positif arah kebijakan pemerintah yang proaktif terhadap pertumbuhan ekonomi. Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya, menyebutkan bahwa berbagai stimulus yang telah digelontorkan pemerintah akan memberikan dampak nyata pada pertumbuhan ekonomi di akhir semester II tahun 2025. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh dua faktor utama: ekspor dan belanja pemerintah. Sektor ekspor, terutama komoditas unggulan seperti kelapa sawit dan besi baja, menunjukkan kinerja yang terus meningkat, dengan pasar utama ke India dan Tiongkok. Peningkatan ekspor ini menjadi bukti ketahanan ekonomi nasional dan kemampuan Indonesia memanfaatkan momentum permintaan global.
Selain ekspor, belanja pemerintah juga menjadi faktor penting yang memperkuat daya tahan ekonomi. Juli Budi menyampaikan bahwa tambahan bantuan sosial (bansos) yang akan disalurkan pada triwulan IV turut menjadi motor penggerak ekonomi domestik. Bantuan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai jaring pengaman sosial, tetapi juga menjadi stimulus konsumsi masyarakat yang berdampak langsung pada aktivitas usaha mikro dan kecil. Dengan meningkatnya daya beli masyarakat, perputaran ekonomi di daerah akan semakin cepat, dan hal ini menjadi indikator positif menuju pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan komitmen pemerintah untuk terus memperluas cakupan stimulus ekonomi pada semester II tahun ini. Salah satu langkah nyata yang telah diambil adalah perluasan program subsidi gaji bagi pekerja berpenghasilan di bawah Rp10 juta. Program ini dinilai efektif menjaga daya beli pekerja di tengah ketidakpastian ekonomi global. Selain itu, pemerintah juga memberikan dorongan tambahan bagi sektor padat karya melalui kebijakan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) yang ditanggung oleh pemerintah. Kebijakan fiskal semacam ini bukan hanya membantu sektor industri bertahan, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru dan menggerakkan kembali roda ekonomi nasional.
Airlangga menambahkan bahwa dukungan terhadap sektor padat karya sangat penting karena sektor inilah yang menyerap tenaga kerja paling banyak dan berkontribusi signifikan terhadap PDB nasional. Pemerintah memastikan stimulus tersebut tepat sasaran, terutama pada industri manufaktur, tekstil, dan konstruksi. Dengan kombinasi kebijakan fiskal dan moneter yang terukur, pemerintah berupaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi agar tetap berada di jalur positif hingga akhir tahun. Langkah ini menunjukkan bahwa kebijakan ekonomi bukan hanya berorientasi pada angka makro, tetapi juga berfokus pada kesejahteraan rakyat secara langsung.
Kebijakan yang terarah dan berpihak pada rakyat ini menjadi bentuk nyata dari semangat kolaborasi yang diwariskan oleh para pemuda pada 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda mengajarkan pentingnya kesatuan dan tekad bersama untuk membangun bangsa. Kini, semangat itu terwujud dalam kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam menjaga stabilitas ekonomi. Ketika generasi muda terlibat aktif dalam mengembangkan usaha, berinovasi di bidang digital, dan mendukung produk dalam negeri, maka gerakan ekonomi nasional akan semakin kuat.
Momentum Sumpah Pemuda juga menjadi pengingat bahwa kemerdekaan ekonomi adalah bagian dari perjuangan bangsa. Di era modern, perjuangan tersebut tidak lagi dilakukan dengan senjata, tetapi melalui produktivitas, inovasi, dan solidaritas ekonomi. Pemerintah telah memberikan ruang dan dukungan, kini giliran kaum muda untuk menjadi agen perubahan ekonomi. Dengan memanfaatkan stimulus yang telah disiapkan, para pemuda dapat memperkuat sektor UMKM, mengembangkan ekonomi digital, dan menciptakan peluang kerja baru di daerah.
)* Penulis merupakan Pengamat Ekonomi.
Post Comment