×

Pidato Kenegaraan Presiden Prabowo: CKG Inklusif bagi Semua

Oleh: Alfredo Kristiawan )*

Presiden Prabowo Subianto, dalam Pidato Kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR-DPD, kembali menegaskan komitmen pemerintah dalam menjadikan kesehatan sebagai hak dasar seluruh rakyat Indonesia. Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) dirancang sebagai langkah strategis untuk membangun sumber daya manusia unggul sekaligus memastikan pemerataan layanan kesehatan tanpa membedakan status sosial, agama, maupun lokasi geografis. Menurut Presiden, keberhasilan program ini akan menjadi landasan penting menuju terwujudnya generasi emas Indonesia 2045.

Presiden juga menegaskan bahwa CKG bukan sekadar inisiatif di bidang kesehatan, melainkan investasi jangka panjang yang akan mengurangi beban biaya pengobatan di masa depan. Dengan deteksi dini, penyakit dapat diatasi lebih cepat sehingga anak-anak dapat tumbuh sehat dan produktif. Ia mengajak seluruh elemen bangsa, termasuk pemerintah daerah dan masyarakat, untuk berperan aktif menyukseskan program ini demi masa depan generasi muda.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menyampaikan bahwa pemerintah terus mempercepat pelaksanaan Program CKG dengan target menjangkau 20 juta peserta bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia. Saat ini, 17 juta peserta telah terlayani dan optimistis tambahan 3 juta peserta akan tercapai sebelum 17 Agustus. Pelayanan pemeriksaan tidak hanya dilakukan di kota besar, tetapi juga di daerah terpencil, termasuk kepulauan seperti Mentawai.

Untuk menjangkau wilayah terpencil, Kementerian Kesehatan menerapkan strategi jemput bola dengan mengirim tim kesehatan langsung ke sekolah-sekolah di daerah perbatasan. Upaya ini efektif mengatasi hambatan geografis yang selama ini menjadi tantangan pemerataan layanan kesehatan. Partisipasi orang tua sangat penting, baik dengan mengizinkan anaknya mengikuti pemeriksaan maupun memberikan informasi kesehatan yang akurat.

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Maria Endang Sumiwi, menegaskan bahwa prosedur pemeriksaan disesuaikan dengan kondisi anak sehingga tidak menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua. Siswa sekolah dasar, misalnya, tidak akan menjalani pengambilan darah, melainkan hanya pemeriksaan tinggi badan, berat badan, tekanan darah, serta kesehatan mata, gigi, dan telinga. Hal ini menunjukkan perhatian pemerintah tidak hanya pada cakupan pelayanan, tetapi juga kenyamanan dan keselamatan peserta didik.

Hasil pemeriksaan CKG akan menjadi dasar penting dalam penyusunan kebijakan kesehatan di masa depan. Data yang akurat memungkinkan pemerintah menetapkan prioritas intervensi, seperti gizi, kesehatan gigi, atau pemeriksaan penglihatan. Langkah ini sejalan dengan visi membangun sistem kesehatan yang preventif, promotif, dan berkelanjutan demi kualitas generasi mendatang.

Menteri Agama, Nasaruddin Umar, melalui pernyataan resminya turut memberikan dukungan penuh terhadap Program CKG yang menyasar 12,5 juta siswa lintas agama. Program ini mencakup madrasah, pesantren, sekolah Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddhis, sehingga mencerminkan komitmen pemerintah menjunjung tinggi keberagaman. Kemenag menilai pelaksanaan yang inklusif ini menjadikan kesehatan sebagai hak setiap anak bangsa tanpa diskriminasi.

Pelaksanaan CKG di sekolah berbasis agama dinilai memiliki nilai strategis karena menjangkau komunitas yang luas dan beragam. Antusiasme guru, kepala sekolah, dan tokoh agama turut memperkuat keberhasilan program. Kerja sama lintas sektor menjadi kekuatan utama CKG untuk menjangkau seluruh elemen masyarakat.

Hingga awal Agustus 2025, Program CKG telah menjangkau 12 sekolah tambahan di berbagai daerah, seperti Depok, Bandung, dan Sidoarjo. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sinergi antara sekolah, puskesmas, dan pemerintah daerah menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan di lapangan. Pemerintah daerah turut memberikan dukungan berupa fasilitas, tenaga medis, dan koordinasi logistik agar pelayanan berjalan optimal.

Dampak positif dari program CKG ini mulai terlihat di berbagai wilayah. Pemeriksaan kesehatan ini berhasil mengidentifikasi masalah yang sebelumnya tidak terdeteksi, seperti gangguan penglihatan dan kesehatan gigi pada anak. Temuan ini memungkinkan intervensi dini sehingga kondisi kesehatan anak dapat segera diperbaiki. Anak-anak yang sehat memiliki kualitas belajar yang lebih baik, mampu fokus di sekolah, dan jarang absen akibat sakit. Kondisi ini berkontribusi langsung pada peningkatan kualitas sumber daya manusia secara nasional.

Selain memberikan manfaat langsung di bidang kesehatan, Program CKG juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Dengan meningkatnya deteksi dini dan pencegahan penyakit, biaya pengobatan jangka panjang yang biasanya membebani keluarga dapat ditekan secara drastis. Hal ini turut mengurangi beban pembiayaan negara di sektor kuratif, sehingga anggaran dapat dialihkan untuk memperkuat fasilitas kesehatan, riset medis, serta program pemberdayaan masyarakat. Dalam jangka panjang, masyarakat yang sehat akan memiliki produktivitas kerja yang lebih tinggi, mendukung pertumbuhan ekonomi, dan memperkuat daya saing Indonesia di tingkat global.

Pemerintah yakin bahwa Program CKG akan menjadi warisan kebijakan kesehatan lintas generasi. Keyakinan ini didukung alokasi anggaran yang memadai, koordinasi lintas kementerian, serta partisipasi aktif pemerintah daerah. Program ini menjadi bukti nyata bahwa negara telah hadir dalam meningkatkan kualitas kesehatan untuk seluruh lapisan masyarakat.

Dengan melibatkan Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah, dan masyarakat, CKG menjadi simbol inklusivitas dan keadilan sosial di bidang kesehatan. Dukungan penuh terhadap program ini merupakan bentuk apresiasi terhadap visi Presiden Prabowo yang menempatkan kesehatan rakyat sebagai prioritas utama. Secara optimis, Indonesia akan melangkah mantap menuju generasi emas yang sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi di panggung global.

)* Penulis merupakan pengamat isu kesehatan masyarakat

Post Comment