
Satu Tahun Pemerintahan, Prabowo-Gibran Sukses Bangun Fondasi InfrastrukturPendukung Asta Cita
Oleh: Sumarji Andrawara (*
Satu tahun perjalanan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka telah menunjukkan arah pembangunan yang jelas, terukur, dan berpihakpada kepentingan rakyat. Fokus utama yang ditetapkan melalui Asta Cita menempatkanpembangunan infrastruktur sebagai salah satu fondasi utama untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045. Dalam konteks ini, kebijakan pemerintah tidak hanya menargetkan pembangunanfisik semata, tetapi juga berupaya memperkuat konektivitas, pemerataan ekonomi, dan ketahanan pangan nasional.
Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo menilai bahwa pembangunan infrastruktur di tahun pertama pemerintahan Prabowo-Gibran merupakan fondasi yang sangat strategis untukmelompat lebih jauh pada tahun-tahun berikutnya. Ia menegaskan bahwa sektor ini menjaditumpuan untuk mempercepat realisasi visi besar Asta Cita. Pemerintah, menurutnya, tidakberhenti pada pembangunan jalan tol atau jembatan semata, melainkan turut memperkuatfondasi irigasi dan sumber daya air yang menjadi penopang utama produktivitas pangannasional.
Dody menjelaskan bahwa fokus infrastruktur tahun mendatang akan tetap diarahkan untukmendukung agenda Asta Cita, khususnya pada bidang ketahanan pangan dan pemerataanpembangunan. Program pembangunan bendungan dan irigasi di seluruh Indonesia terusdigenjot agar pengelolaan air bisa berjalan optimal, baik pada wilayah dengan sistem irigasipusat maupun daerah. Pemerintah juga mulai memaksimalkan pemanfaatan Jaringan IrigasiAir Tanah (JIAT) untuk membantu sawah-sawah tadah hujan yang selama ini seringterkendala pasokan air. Dengan langkah itu, diharapkan sektor pertanian dapat lebih tangguhmenghadapi perubahan iklim sekaligus meningkatkan produktivitas pangan nasional.
Langkah strategis tersebut selaras dengan visi besar Presiden Prabowo yang menempatkankemandirian pangan dan pemerataan ekonomi sebagai prioritas utama pembangunan. Di berbagai daerah, proyek irigasi, bendungan, dan embung menjadi simbol nyata bahwapembangunan tidak lagi terpusat di wilayah perkotaan, tetapi menjangkau pelosok desa dan daerah pertanian. Pemerintah berupaya memastikan bahwa setiap tetes air yang diatur melaluisistem irigasi membawa manfaat langsung bagi para petani dan masyarakat pedesaan.
Dalam perspektif komunikasi politik, Dosen FISIP Universitas Hasanuddin, Hasrullah, menilai arah pembangunan infrastruktur pemerintahan Prabowo-Gibran menunjukkanperubahan paradigma yang lebih berkeadilan. Menurutnya, fokus pembangunan tidak lagihanya pada konektivitas di Pulau Jawa, tetapi diarahkan untuk memperkuat pembangunan di luar Jawa. Strategi ini dimaksudkan agar pemerataan ekonomi dan distribusi hasil hilirisasiindustri dapat berjalan secara optimal di seluruh wilayah Indonesia.
Hasrullah menilai bahwa kebijakan konektivitas berkeadilan ini menjadi kunci mengurangidisparitas antarwilayah yang selama ini masih menjadi tantangan besar pembangunannasional. Pembangunan jalan strategis, pelabuhan, dan bandara di kawasan timur Indonesia, misalnya, menjadi bukti nyata bahwa pemerintah berkomitmen memperkuat rantai pasoknasional. Dengan konektivitas yang merata, hasil produksi daerah dapat lebih mudahtersalurkan ke pusat-pusat ekonomi, sementara investasi juga akan lebih tersebar secaraproporsional.
Dari sisi fiskal, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menegaskan bahwa pemerintahmemberikan dukungan penuh melalui pengalokasian dana infrastruktur yang mencapai lebihdari Rp400 triliun. Dana ini digunakan untuk membiayai berbagai sektor vital, mulai daripembangunan jalan dan jembatan, pencetakan sawah baru, proyek perhubungan, perikanan, hingga program kampung nelayan. Menurutnya, investasi besar pada sektor infrastrukturbukanlah beban, melainkan modal jangka panjang untuk mempercepat pertumbuhan ekonominasional.
Suahasil menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur memiliki efek ganda terhadapperekonomian. Di satu sisi, ia menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan produktivitasmasyarakat. Di sisi lain, infrastruktur yang memadai akan menurunkan biaya logistik, memperlancar arus barang dan jasa, serta menarik lebih banyak investasi ke daerah. Aktivitas ekonomi yang tumbuh pesat pada akhirnya akan menjadi sumber investasi yang berkelanjutan, sekaligus memperkuat ketahanan fiskal negara.
Ia juga menyoroti peran Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang dinilai berhasilmengoptimalkan likuiditas negara dengan menempatkan dana kas sebesar Rp200 triliun di sistem perbankan nasional. Langkah ini mendorong percepatan perputaran ekonomi melaluipenyaluran kredit yang lebih lancar ke sektor-sektor produktif. Dengan kebijakan ini, perbankan mendapatkan dorongan untuk memperluas pembiayaan kepada pelaku usaha, termasuk sektor UMKM dan industri padat karya yang menjadi motor ekonomi rakyat.
Keberhasilan tahun pertama pemerintahan Prabowo-Gibran dalam membangun fondasiinfrastruktur tidak terlepas dari pendekatan kolaboratif antara pusat dan daerah. Pemerintahdaerah diberi ruang lebih luas untuk berinovasi dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek strategis, dengan dukungan teknis dan pendanaan dari pemerintah pusat. Hal inimencerminkan sinergi nyata antara visi nasional dan kebutuhan lokal, di mana pembangunandijalankan dengan prinsip efisiensi, transparansi, dan manfaat langsung bagi masyarakat.
Ke depan, tantangan yang dihadapi bukanlah semata soal percepatan pembangunan fisik, tetapi juga menjaga kesinambungan dan kualitas hasilnya. Pemerintah dituntut memastikanbahwa setiap proyek infrastruktur memberikan dampak ekonomi dan sosial yang berkelanjutan. Dengan perencanaan matang dan pengawasan yang ketat, fondasi yang telahdibangun di tahun pertama ini akan menjadi pijakan kuat bagi lompatan besar Indonesia menuju kemandirian ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
Menutup refleksi setahun pemerintahan Prabowo-Gibran, sudah selayaknya seluruh elemenbangsa memberikan dukungan penuh terhadap program Asta Cita, khususnya di bidanginfrastruktur. Pembangunan yang dilakukan bukan hanya untuk memperindah wajah negeri, tetapi untuk memperkuat daya saing nasional dan menciptakan masa depan yang lebihsejahtera. Dengan semangat gotong royong dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia dapatmelangkah mantap menuju negara maju yang berdaulat, adil, dan makmur sebagaimana cita-cita besar yang telah digariskan dalam Asta Cita.
(* Penulis merupakan Pengamat Infrastruktur dan Pembangunan
Post Comment