×

Mengapresiasi Capaian Presiden Prabowo Bentuk KOMCAD hingga Pengadaan Alutsista Canggih

Oleh : Maria Suhiap )*

Selama menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) pada periode 2019 hingga 2024, Presiden Prabowo Subianto mencatat berbagai prestasi yang mengukuhkan kekuatannya dalam bidang pertahanan.

Salah satu langkah signifikan yang ia ambil adalah pembentukan Komponen Cadangan (KOMCAD) yang merupakan bagian dari upaya memperkuat pertahanan negara. Selain itu, pemimpin bangsa kelahiran tahun 1951 tersebut juga melakukan modernisasi alutsista dan memperkuat kerja sama diplomasi pertahanan dengan berbagai negara, sehingga Indonesia semakin disegani di kancah internasional.

Dalam konteks pembentukan KOMCAD, Presiden Prabowo berhasil mengimplementasikan konsep pertahanan semesta yang sebelumnya hanya sebatas wacana. Sebagai bentuk upaya untuk memperkuat kekuatan militer nasional, Komponen Cadangan dirancang untuk memobilisasi sumber daya manusia dan memastikan setiap warga negara siap membela tanah air.

Joko Widodo sendiri, yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI ketujuh, menegaskan bahwa KOMCAD hanya akan digunakan untuk kepentingan pertahanan negara. Menurut Jokowi, konsep ini bertujuan untuk mempersatukan tentara dan rakyat dalam menjaga kedaulatan dan keselamatan bangsa.

Melalui strategi ini, Presiden Prabowo memperkuat daya tangkal bangsa, yang menjadi kunci dalam menjaga keamanan negara dari potensi ancaman. Dengan mengintegrasikan KOMCAD dalam sistem pertahanan negara, kapasitas komponen utama TNI diperkuat, terutama dalam menghadapi ancaman serius seperti invasi dari negara lain.

Jokowi menekankan pentingnya kesadaran bela negara di kalangan masyarakat luas, yang semakin nyata dengan hadirnya KOMCAD sebagai simbol kesiapan nasional dalam menghadapi berbagai situasi darurat.

Tidak hanya berhasil dalam aspek pengembangan sumber daya manusia melalui pembentukan KOMCAD, pemimpin bangsa yang juga merupakan purnawirawan perwira tinggi militer Indonesia ini juga aktif memperkuat diplomasi pertahanan.

Langkah tersebut terbukti dengan keberhasilan Prabowo dalam pengadaan berbagai alutsista canggih, seperti pesawat tempur F-15EX, Rafale, kapal selam Scorpene, hingga fregat Arrowhead 140 yang diproduksi bekerja sama dengan Inggris. Pengamat militer Susaningtyas HN Kertopati memuji gaya diplomasi Presiden Prabowo yang mampu mempercepat proses pengadaan alutsista melalui metode government to government (G-to-G).

Susaningtyas mengamati bahwa pendekatan langsung yang dilakukan oleh Presiden RI kedelapan ini memotong rantai perantara dalam proses pengadaan, sehingga kesepakatan dengan negara-negara maju dapat tercapai lebih cepat dan lebih efisien.

Dalam banyak kesempatan, Presiden Prabowo bertemu langsung dengan para petinggi pertahanan negara-negara seperti Inggris, Prancis, dan Italia untuk menjajaki kerja sama pertahanan.

Hal tersebut tidak hanya meningkatkan kepercayaan internasional terhadap Indonesia, tetapi juga mendukung penguatan industri pertahanan dalam negeri, terutama dalam memproduksi beberapa alutsista di galangan lokal seperti PT PAL Indonesia.

Langkah diplomasi pertahanan tersebut turut memperluas kerja sama dengan negara-negara lain di berbagai sektor, termasuk pemberantasan terorisme, pemeliharaan perdamaian, intelijen, pelatihan militer, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Strategi yang diterapkan oleh Presiden Prabowo dianggap sebagai terobosan signifikan dalam bidang pertahanan, sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh pendahulunya. Diplomasi pertahanan yang dilakukan berhasil memperkuat posisi Indonesia di arena global, serta membawa keuntungan strategis bagi industri pertahanan nasional.

Selain pengembangan alutsista dan diplomasi pertahanan, Presiden Prabowo juga turut andil dalam meningkatkan kualitas dan jumlah personel militer Indonesia. Di bawah kepemimpinannya sebagai Menhan pada periode tahun 2019-2024, kekuatan militer Indonesia naik tiga peringkat, dari posisi ke-16 pada 2019 ke peringkat ke-13 dunia pada 2023 berdasarkan data Global Firepower Rank.

Pengamat birokrasi, Varhan Abdul Aziz, mengapresiasi kenaikan ini sebagai hasil kerja keras Prabowo selama lima tahun memimpin sektor pertahanan. Varhan menjelaskan bahwa kenaikan peringkat ini mencerminkan kesiapan Indonesia dalam menghadapi tantangan global, termasuk dalam aspek alutsista, komponen cadangan, dan ketahanan pangan.

Varhan menegaskan bahwa keberhasilan tersebut bukan hanya soal jumlah personel militer, tetapi juga karena adanya upaya yang konsisten dalam memperkuat pertahanan negara. Presiden Prabowo memahami bahwa dalam era modern, alutsista yang canggih menjadi faktor utama dalam menjaga stabilitas teritorial. Oleh karena itu, ia terus mendorong pengadaan alutsista modern setiap tahunnya, termasuk penguatan institusi pendidikan militer serta pengembangan industri pertahanan dalam negeri.

Presiden Prabowo juga berperan besar dalam membangun infrastruktur pertahanan. Ia memprakarsai pembentukan Satgas Air, yang berhasil menemukan lebih dari 100 sumber air di berbagai daerah untuk mengatasi kekeringan.

Selain itu, 25 rumah sakit baru TNI dibangun dan Pusrehab Kemhan diubah menjadi RS Jenderal Sudirman yang dilengkapi fasilitas modern. Melalui program-program tersebut, Presiden Prabowo tidak hanya memastikan kekuatan militer tetap tangguh, tetapi juga memperkuat kesejahteraan prajurit dan masyarakat luas.

Dari pembentukan KOMCAD, pengadaan alutsista canggih, hingga peningkatan peringkat kekuatan militer, Presiden Prabowo telah menunjukkan komitmen besar dalam menjaga pertahanan negara. Langkah-langkah strategis yang ia tempuh selama menjabat sebagai Menhan mencerminkan visi yang kuat untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang disegani di dunia internasional.

)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Bali

Post Comment

You May Have Missed